Selasa, 11 Agustus 2015

Tambahkanlah Imanku Pada Saat Aku Kurang Percaya!

Hari ini seperti biasa, seperti hari Minggu lainnya saya mengikuti misa pukul 07.00 WIB di sebuah Gereja di daerah Sampangan, Semarang. Saya pergi menumpangi angkutan kota (angkot). Butuh sekali pergantian untuk tiba di gereja dengan waktu dari Rusunawa sekitar 30 menit. Terbersit di hati saya tentang mahalnya ongkos untuk tiba di rumah Tuhan. Tidak jarang saya menggerutu sendiri, terlebih harus bangun pagi-pagi agar tidak terlambat.
Di dalam keseharian saya mungkin saya juga pernah mengeluh dalam batin hidup di tengah warga mayoritas sebagai kaum minoritas. Sedari bangku sekolah dasar saya harus mengecap sulitnya berjuang menjadi pemeluk agama minor yang mungkin dikatakan agak “kuno”. Setiap belajar agama saya hanya berdua dengan guru agama saya. Ruangan belajar pun harus menggunakan ruang-ruang tak terpakai. Katolik nama agama yang saya anut sejak lahir.
Ya inilah agama saya, agama tua yang terikat pada dogma dan aturan. Sebuah agama yang terkadang pemeluknya malu membuat tanda keselamatan ketika berdoa dikarenakan terlalu menonjol sebagai minoritas.
Setelah dewasa, saya sadar ada banyak aliran-aliran kepercayaan yang berbeda sekali atau yang aneh seperti Lia **** yang membuat saya ragu. Ragu akan iman saya sendiri, ragu akan kepercayaan saya. Bahkan beberapa hari terkait kasus artis X dan Y yang pindah keyakinan dari agama A ke agama B cukup membuat saya terusik dan sedikit goyah. Sampai akhirnya saya meminta petunjuk-Nya agar selalu dilihatkan kebenaran.
Tiba pada saat Romo memberikan khotbah yang sungguh menyentuh batin saya, Romo berkata:
“Tuhan hanya membutuhkan keyakinan kita, kesetiaan kita kepada-Nya dan ketidakraguan. Memang tidak mudah menjadi pengikut Kristus. Ketika harus dihadapkan pada berbagai kesulitan yang diterima karena keyakinan yang kita miliki. Hendaknya yang paling dekat dengan-Nya yang mendapatkan berbagai persoalan kehidupan. Tentu kita pernah merasa apakah dekat dengan Yesus justru mendapatkan banyak masalah? Yakinlah bahwa Tuhan yang kita ikuti adalah yang mampu berbuat sesuatu bagi hidup kita.”
Markus 4: 38-40
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?". Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Setelah mendengarnya saya terdiam sejenak. Sungguh Tuhan tahu apa yang dipikirkan oleh hamba-Nya, yang diragukan oleh ciptaan-Nya. Hati saya telah memperoleh jawabannya atas keragu-raguannya selama ini.
Kita selalu menemukan bahwa mereka yang berjalan paling dekat bersama Kristus adalah mereka yang harus menanggung pencobaan terbesar.” — St. Teresa dari Avila 
Banyak oknum-oknum yang berkoar-koar di berbagai media tentang keyakinan orang lain atau agama orang lain. Paling ekstrem adalah menjudge suatu kepercayaan, meragukan suatu keyakinan.
Bagi saya, tidak ada salahnya setiap kepercayaan mengklaim bahwa kepercayaannya yang paling benar atau paling baik toh agama hanyalah buatan manusia dan penghakiman adalah tujuan kita.
Namun, ingatlah bahwa jikalau seseorang meragukan keyakinan orang lain bisa jadi dirinya meragukan keyakinannya sendiri.
Semua pernah mendengar “agamamu agamamu, agamaku agamaku”, sudah jelas urusan kepercayaan setiap pribadi adalah tanggung jawabnya sendiri kepada pencipta-Nya, apapun keyakinannya toh yang ditanyakan pada hari akhir adalah amal kita di dunia.
Banyak pilihan yang disediakan tapi hanya ada satu tujuan yaitu, Tuhan.
Tuhan Memberkati, Shallom.


Tidak ada komentar: