Rabu, 10 Juli 2013

Malaikat tanpa Sayapku..


Pernahkah kamu menyaksikan film Indonesia yang berjudul Malaikat tanpa Sayap?
Aku sangat terkesan dengan kisahnya. Menceritakan tentang dua anak manusia yang berbeda latarbelakang dan saling jatuh cinta. Di saat cinta mereka tumbuh, berbagai permasalahan menguji mereka berdua, tanpa mereka tahu maut tengah mengintai. Pengorbanan yang sungguh menakjubkan. Dan setia yang mengagumkan dalam segala kurang dan lebih hingga akhirnya.

Aku terkesan dengan kisah film tersebut, serta menganggap bahwa pasanganku saat ini ialah malaikat tanpa sayapku yang membantuku menghadapi berbagai masalah meski tak seberat kisah Mura dalam film.

Pada saat tugas akhir mata kuliah Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia aku memutuskan mengambil judul Malaikat tanpa Sayap bagi Puisi hasil karyaku. Puisi ini ku buat dengan waktu 15 menit, mengalir begitu saja. Dan tentu kupersembahkan baginya, seseorang yang selama 7 bulan ini menemani hari-hariku.

Malaikat Tanpa Sayap

Kamu yang biasa membuat segalanya jadi luar biasa
Menghampiri saat diri ini terdiam dalam gelapnya problema
Menghibur saat seakan jiwa ini tak dapat lagi tertawa
Menegakkan lututku yang lemah
Menegarkan pundakku yang lelah
Melindungi seperti malaikat penjaga

Kini suramnya malam telah terganti pagi
Rerimbunan pohon telah tertembus sinar matahari
Serumpun bunga kebahagiaan penuhi hati
Seakan berjanji pada jiwa ini
Takkan tinggalkan diri ini sendiri

Pegang tanganku agar tak jatuh
Angkat hatiku bila rapuh
Tatap wajahku agar tak sayu
Embun tidak ada alasan tak jatuh cinta pada daun
Seperti aku tidak punya alasan tak mencintaimu
Malaikat tanpa sayapku ..

Sebulan setelah Puisi itu ditampilkan, aku mengetahui suatu hal. Bahwa hidupku tak berbeda dengan Mura dan jika perjuangan Mura telah berakhir, maka perjuanganku baru akan dimulai. Menghadapi sebuah ujian lagi apalagi di kala jauh dari keluarga.

Saya mengidap sebuah penyakit kronis. Meski telah ditemukan obatnya, saya harus berlomba dengan waktu terkait kondisiku yang semakin hari semakin melemah. Mulanya ku takut memberitahunya, dokter bahkan melarangku. Dengan penuh keberanian, ku memberitahunya. Dia tidak terkaget, menjauh, menghindar, atau membiarkanku sendiri menghadapi penyakit ini. Dia terus mendukung, mengantarku ke Rumah Sakit tidak hanya sekali tapi berkali-kali. Selain dia, ada sahabatku yang selalu antusias menemaniku berobat. Penyakit ini ada kecenderungan untuk menular, namun dia tak risih dekat denganku. Bahkan ia yang selalu menghampiriku.

Sejujurnya, aku merasa berat membebankan dan merepotkan mereka. Namun aku taktau harus kepada siapa harus berbagi dan mengadu. Bersyukur karena mereka dengan setia menemani diriku kemanapun dan kapanpun. Aku tak ingin keluargaku khawatir maka aku belum memberitahu mereka selama masalah ini dapat kuselesaikan sendiri. Maka di saat kawan-kawanku sibuk untuk mengurus liburan pulang kampung, aku sibuk mengurus pengobatan. Aku tak ingin pulang dalam keadaan tak sehat dan menyedihkan.

Sesungguhnya, aku bersyukur karena Tuhan memberi ujian namun memberikan malaikat tanpa sayap untuk menemaniku dalam sakit, sehat, susah, senang, duka, suka, tangis, tawa, serta gembira dan bahagia. Tuhan tak memberiku satu malaikat tetapi dua.. Aku pun yakin mengenai cinta sejati dan persahabatan sejati. True love will not give you an excuse to walk alone but goes along. A true friend will not let you cry alone but cry together.

Karena kau tak lihat terkadang malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan..
Terimakasih Tuhan, bersama malaikat-malaikat ini kan sanggup kuhadapi ujianMu..

Tidak ada komentar: