Pertanyaan
Hati
Hati itu terkadang
membingungkan ..
Penuh teka-teki, terkadang
menyesatkan namun ternyata berisi kebenaran.
Orang bilang cinta itu dari
mata turun ke hati, tapi aku tak percaya itu :)
Saat aku bilang aku mencintai,
aku mengatakannya dari hati ku mencintai dia. Saat ku bilang aku sayang, aku
jujur merasakan itu. Aku bukan orang yang berkata seperti itu hanya untuk
mendapatkan seorang pasangan atau hanya untuk dicintai orang.
Aku tahu memang ini sulit.
Jika seseorang berkata bahwa
hatinya hanya untuk satu orang selamanya, itu omong kosong! Hati itu sebenarnya
bisa bercabang, terutama saat memperoleh kenyamanan dan kasih sayang dari
seseorang tetapi tak semuanya mengakui itu.
Bagiku, hati tak bisa
dibohongi. Ketika kita merasa nyaman dengan seseorang, mungkin ada sedikit
perasaan padanya sebenarnya itu tidak salah. Manusiawi. Bagian yang salah
adalah ketika kita ingin memilikinya seutuhnya, kita menginginkan yang bukan
milik kita. Mencoba masuk di antara dua jiwa yang saling mencintai.
Bagiku, kejujuran itu yang
terpenting. Sebaiknya kita jujur pada diri kita, jujur pada hati dan perasaan
kita sendiri. Bagaimana orientasi hati ini tertuju?
Dalam kasus ini, banyak pihak
yang takut untuk jujur. Berbagai faktor dan resiko yang tak bisa diterimanya itulah
yang membuat mereka sulit jujur akan perasaan mereka sendiri.
1.
Tidak ingin kehilangan dan dibenci orang yang
mereka cintai secara diam-diam itu
2. Tak sanggup
menerima berbagai opini, gossip, cercaan, cemoohan dari orang-orang di sekitar
mereka
3. Takut
kehilangan pasangan, teman, dan sahabat mereka akibat dianggap mendua ataupun
“perebut” kekasih orang
Aku tidak memusingkan
faktor-faktor di atas. Karena ku yakin kejujuran itu yang terbaik, meski
menyakiti beberapa pihak tetapi tidak akan membuat adanya dendam.
Dan aku telah melakukannya.
Sempat membuat beberapa pihak terkejut, tak menyangka, juga sakit hati. Namun
akhirnya aku tak kehilangan mereka, semua baik-baik saja.
Saya berpikir itu baik, maka
Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang kulakukan jika baik.
Hati ini sebenarnya telah
banyak teriris, tetapi ku mencoba sembuhkan lagi. Namun kejujuran ternyata
sulit bagi sebagian orang. Mereka sulit jujur akan perasaan mereka. Mereka sakit
hati padaku. Apakah itu salahku?
Tidak kan? Mengapa dulu
kamu-kamu semua tak bisa menyayanginya? Mengapa dulu tak bisa menerimanya?
Setelah dia tlah berpunya kalian masuk ke dalam kebahagiaan barunya dengan
berbagai alasan.
Bukannya aku tak suka,
beberapa mengatakan ku cemburu. Apakah itu salah? Aku tak sembarang cemburu.
Aku tak cemburu pada alasan-alasan yang tidak jelas. Aku hanya ingin dijadikan
sahabat yang bisa menjadi pasangan bicara.
Bukankah cinta itu
persahabatan? J
Mungkin aku memang nyebelin,
aku tak tahu diri, aku slalu berpikir sebagai satu-satunya wanita. Tetapi setidaknya
aku selalu jujur akan hatiku sendiri. Aku tahu pasti pada siapa hatiku harus
kuberi. Aku mengerti dimana posisiku.
Kekecewaan itu ada, jelas ada.
Pada mereka-mereka yang dulu membenci tapi kini menyayangi (mungkin). Bila
memang kalian tak ingin dia dimiliki katakan saja padaku. Jika memang rasa
sayang kalian padanya lebih besar daripadaku, jujur saja. Maka aku takkan
melanjutkan.
Ya .. Mungkin memang ku egois,
ku tak serius menjalani hubungan, ku memaksakan seseorang tidak jadi diri
sendiri. Mungkin memang seperti itu. Aku hanya ingin mengubahnya jadi lebih
baik. Dan itu terbukti kan? Orang lain bisa menilai.
Kalian tak mau jadi kedukaan
bagi orang lain tetapi dari apa yang diperbuat, bahasa tubuh, semua tercermin
jelas.
Semua bisa melihat, merasakan,
dan menganalisa apa yang terjadi.
Cuma butuh kejujuran, bukan
permainan di belakang dan kata-kata manis di depan. Aku tetap mencintainya,
kurasa begitu. Cinta itu bukan cinta jika tanpa airmata, tetapi ku takkan
menangis karena perbuatan kalian. Aku menangis karena pertanyaan hati yang tak
bisa kalian akui, tak bisa kalian sampaikan pada yang kalian cintai.
Dan ternyata aku cukup
beruntung sempat memilikinya, meski saat ini aku sedang mengalah untuk yang
dikatakan sebuah persaudaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar