MAKALAH
PENYUSUNAN RENCANA
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH DASAR;
MEDIA
PEMBELAJARAN DAN
PRINSIP
PENGEMBANGAN DESAIN INSTRUKSIONAL
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah:
Pengembangan
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Dosen Pengampu:
Drs.
Umar Samadhy, M. Pd.
Disusun
oleh:
Markus ( 1401512004)
Claudia Kartikasari (1401512019)
Rissa Meliana Krar (1401512028)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang
terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar
terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu bertujuan untuk
menentukan lingkungan belajar yang baik, lingkungan yang menantang dan
merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa nyaman dan keluasan serta
mencapai tujuan yang diharapkan.
Perencanaan adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu
menciptakan hasil yang diharapkan. Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi dan perkiraan terhadap proses yang akan
dilakukan dalam pembelajaran, sehingga tercipta situasi yang memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Setiap pembelajaran didahului
dengan pembuatan rencana pengajaran yang meliputi program tahunan, semester dan
persiapan mengajar. Rencana pengajaran disusun berdasarkan silabus dan
disesuaikan dengan kalender pendidikan yang berlaku, jadwal mata pelajaran yang
berlangsung dan sarana yang tersedia. Program tahunan merupakan rencana
pembelajaran selama satu tahun disusun berdasarkan kurikulum yang disesuaikan
dengan kalender pendidikan yang berlaku.
Perencanaan proses belajar mengajar merupakan faktor yang mendukung
kondisi belajar di kelas yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar
mengajar yang dilakukan oleh sekelompok siswa.
1.2
Rumusan
Masalah
1)
Apakah pengertian dari media pembelajaran?
2)
Apa fungsi dari media pembelajaran?
3)
Apa saja jenis-jenis media pembelajaran?
4)
Bagaimana pengembangan media pengajaran Bahasa
Indonesia?
5)
Bagaimanakah prinsip-prinsip desain instruksional?
6)
Bagaimana pengembangan desain instruksional?
1.3
Tujuan
1)
Mengetahui pengertian media pembelajaran
2)
Mengetahui fungsi media pembelajaran
3)
Memahami jenis-jenis media pembelajaran
4)
Mengembangkan media pengajaran Bahasa Indonesia
5)
Memahami prinsip-prinsip desain instruksional
6)
Mengembangkan desain instruksional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Media
Pembelajaran
Sebagai salah satu
komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem
pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian
yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran yang
diawali dengan penyusunan rancangan pembelajaran. Namun kenyataannya, belum
semua guru merancang dan memanfaatkan itu. Alasannya bermacam-macam, sulit
mencari media yang tepat, tidak tersedia biaya, tidak memiliki waktu untuk
merancangnya, dan lain-lain. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi jika
guru sudah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media
pembelajaran.
Secara etimologi kata
’media’ berasal dari bahasa Latin, ’medium’, artinya perantara atau pengantar.
Secara umum media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber kepada penerima. Istilah media sangat populer dalam
bidang komunikasi. Proses pembelajaran pada dasarnya juga termasuk di dalamnya
karena dalam proses tersebut ada komunikan, komunikator, dan media komunikasi.
2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs (dikutip Arsyad, 2002) menyatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain terdiri atas: buku, tape
recorder, film, foto, grafik, kaset, video kamera, televisi, komputer dan
lain-lain.
Menurut AECT (Assosiation of Education and Communiacation
technology), 1977, menyebutkan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sejalan dengan NEA (National Education Association), media
adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau
dibicarakan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Menurut Depdiknas (2003) dinyatakan bahwa media pembelajaran
adalah media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan.
Secara umum, fungsi
media adalah sebagai penyalur pesan. Dalam proses pembelajaran, fungsi media
adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien serta hasilnya lebih baik. Dalam
proses belajar-mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Enoch
(1992) mengemukakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan
dalam proses belajar-mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologis siswa.
Penggunaan media juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman,
menyajikan materi/data dengan menarik, memudahkan menafsirkan data, dan
memadatkan informasi. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi yang
sangat penting, yaitu sebagai penyalur pesan. Secara lebih khusus, Kemp dan
Dayton (1985) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran,
yaitu:
a.
Penyampaian materi
pelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam dapat
dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam, mengurangi
terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa. Misalnya, guru mengajarkan
perbedaan paragraf deskriptif dan deduktif. Dengan menggunakan media berupa
contoh paragraf deskriptif dan paragraf deduktif yang dibuat dalam carta disertai
dengan tanda-tanda yang membedakan keduanya, maka setiap siswa akan mendapat
kesan yang tidak jauh berbeda.
b.
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
menarik
Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa
keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun
emosional. media dapat membantu guru untuk menciptakan susana belajar menjadi
lebih hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan. Materi pelajaran yang
dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa.
Misalnya, guru mau mengajarkan cara membaca puisi yang baik. Guru dapat
memanfaatkan media berupa kaset (dan tape recorder) atau rekaman video (VCD)
berisi rekaman pembacaan puisi oleh model, siswa diminta memperhatikan
pembacaan tersebut, memberi komentar, selanjutnya siswa bergantian membacakan
puisi.
c.
Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat
rnembantu guru dan siswa me1akukan komunikasi dua arah secara aktif selama
proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara
satu arah kepada siswa. Namun, dengan media guru dapat mengatur kelas sehingga
bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya. Misalnya dalam
pembelajaran keterampilan berbicara, guru dapat memanfaatkan media rekaman
kaset atai video berbagai kegiatan diskusi, debat, seminar, simposium,
konferensi, berpidato dari berbagai aktivitas nyata, rekaman tersebut
diperlihatkan kepada siswa untuk diperhatikan dan komentari, setelah itu siswa
diminta melakukannya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
d.
Pemakaian waktu dan tenaga lebih efisien
Dengan media, tujuan belajar akan lebih
mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin.
Dengan media, guru tidak harus menjefaskan materi ajaran secara berulang-ulang,
sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran.
e.
Kualitas hasil belajar siswa meningkat
Penggunaan media bukan hanya membuat
proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi
belajar lebih mendalam dan utuh. Jika hanya dengan mendengarkan informasi
verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik.
Namun, jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau
mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik.
Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran sebaiknya dapat
dimanipulkasi/dimanfaatkan oleh siswa bukan hanya oleh guru.
f.
Proses belajar dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja
Media memungkinkan pembelajaran dapat
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar
secara lebih leluasa, kapan pun dan di mana pun. tanpa tergantung pada
keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk
program pembelajaran menggunakan komputer, memungkinkan siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara mandiri. tanpa terikat oleh waktu dan tempat, seperti
yang Saudara alami sekarang, Saudara belajar dengan memanfaatkan komputer dan
video.Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap proses belajar
Dengan
media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu
pengetahuan. Kebisaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, dapat
menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai
sumber belajar yang diperlukan.
g.
Mengubah peran guru ke arah yang lebih
positif dan produktif
Dengan
memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya
sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi
pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan demikian, guru akan
lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif
lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian,
atau memotivasi siswa.
Selain itu,
Kaufman (1972) berpendapat bahwa media pembelajaran, khususnya media visual
memiliki empat fungsi, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif,
dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi adalah dapat menarik atau. mengarahkan
perhatian siswa agar berkonsentrasi pada isi pembelajaran yang terkandung dalam
media visual tersebut. Fungsi afektif yaitu dapat digunakan untuk menciptakan
rasa senang atau kenikmatan siswa terhadap isi pembelajaran. Fungsi kognitif
adalah dapat mempermudah siswa dalam memahami pesan atau informasi yang
disampaikan dalam pembelajaran. Sementara itu, fungsi kompensatoris adalah
dapat mengakomodasi siswa yang lemah dalam menerima isi pembelajaran.
2.1.3 Jenis Media
Pembelajaran
Ada berbagai
penggolongan media. Gerlach (1971) mengklasifikasikan jenis media berdasarkan
teknologi yang digunakan, yaitu: media tradisional dan media dengan teknologi
mutakhir.
Media tradisonal meliputi:
(1) media visual diam yang diproyeksikan,
contohnya: proyeksi tak tembus pandang. proyeksi
overhead, slides, dan filmstrips,
(2) media visual yang tak diproyeksikan,
contohnya: gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, papan info, dan papan
bulu,
(3) audio, contohnya: radio, piringan hitam, dan
tape recorder,
(4) multimedia, contohnya: tape recorder dan
multi-image,
(5) visual yang diproyeksikan, contohnya: film,
televisi, dan video,
(6) media cetak, contohnya: buku teks, modul, workbook,
majalah, dan hand out,
(7) pemainan, misalnya: teka-teki dan simulasi,
dan
(8) realita, contohnya: model, manipulatif seperti
boneka dan peta.
Media dengan
teknologi mutakhir meliputi dua jenis. Pertama, media berbasis telekomunikasi,
contohnya teleconference dan kuliah jarak jauh. Kedua, media berbasis
mikroprosesor, contohnya: computer-assisted instruction, permainan, sistem
tutor intelejen, interaktif, hipermedia, compact (video) disc.
Atmohoetomo
(dalam Ruhani, 1997) membagi media pembelajaran menjadi tiga jenis, yaitu:
media audio, media visual, dan media audio visual. Media audio, meliputi:
radio, piringan hitam, dan tape recorder. Media visual dibagi menjadi dua
kelompok. Pertama, media yang penampilannya perlu diproyeksikan. Yang tergolong
dalam media ini adalah (a) slide dan film bisu, (b) film strip/loop, (c) overhead
proyector, dan (d) epidiascop. Kedua, media yang penampilannya tidak
perlu diproyeksikan. Yang tergolong dalam kelompok ini adalah (a) wall
sheets, contohnya: peta, chart, diagram, dan poster, (b) model, contohnya:
mook up, miniatur, dan maket, dan (c) objek, contohnya: speciment
(hebarium-aquarium-insektarium). Sementara itu, media audio-visual
meliputi: televisi, radio vision/video, film (bicara), dan sound slides.
Kompetensi
dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
adalah mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, sastra, dan
kebahasaan. Untuk memperlancar pencapaian kompetensi tersebut, diperlukan media
yang sesuai. Media tersebut banyak ragamnya, antara lain: gambar, sketsa,
gambar grafis, chart, bagan, tabel, grafik, tape recorder, dan overhead
proyektor yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia.
a. Gambar
Gambar yang
digunakan sebagai media dapat berupa gambar jadi, misalnya gambar dari majalah,
booklet, brosur, selebaran, dan lain-lain, dapat pula gambar garis atau sketsa/stick
figure dan strip story. Misalnya, guru akan mengajarkan mengarang
dengan memanfaatkan gambar. Siswa membuat karangan berdasarkan gambar yang
dilihatnya (bisa gambar tunggal atau berseri).
b. Chart
Chart/peta dan
bagan sering terdapat dalam buku-buku pelajaran. Chart selain dapat digunakan
untuk mengelompokkan objek, peristiwa, atau spesies, juga dapat digunakan untuk
hubungan kronologi peristiwa-peristiwa yang terjadi. Misalnya guru mau
mengajarkan penjenisan kalimat berdasarkan hasil karangan siswa, berabagai jenis
kalimat yang ditemukan tersebut dapat dimuat dalam carta.
c. Bagan
Bagan dapat
dibuat secara vertikal/maupun horisontal. Bagan secara vertikal/bagan pohon
bisanya digunakan untuk menunjukkan rantai komando/perintah dalam suatu
organisasi. Sedangkan bagan secara horisontal/bagan alir yang biasa disebut
bagan alir digunakan untuk menunjukkan urutan sebuah proses dan prosedur.
Misalnya guru mau mengajarkan proses penyusunan suatu karangan dari awal sampai
akhir, dapat memanfaatkan bagan.
d. Overhead Proyektor (OHP)
OHP merupakan
media yang relatif sederhana. OHP terdiri atas dua bagian yaitu hardware (berupa
overhead) dan software (transparan projector). Sekarang OHP sudah
disediakan di sekolah, guru dapat memanfaatkannya untuk berbagai tujuan materi
yang sesuai. Berikut hal-hal yang perlu diperhatian dalam penggunaan
OHP-transparan:
1) tegangan listrik harus sesuai dengan peralatannya.
2) letak posisi transparan harus benar.
3) tombol pengatur fokus harus diatur sedemikian rupa sehingga gambar
yang diproyeksikan bisa dilihat dengan jelas.
4) tulisan pada OHT harus jelas
e. Tape Recorder
Tape Recorder merupakan salah satu media audio elektronik yang terdiri atas hardware
(tape recorder) dan software. (kaset yang berisi pesan) Tape
recorder ini sangat cocok untuk pembelajaran mcnyimak. Bukan berarti
pembelajaran kemampuan yang lain seperti berbicara, mcnulis, sastra, dan
kebahasaan tidak bisa menggunakan media ini.
Saudara, di
sekolah mungkin Saudara dapat memanfaatkan berbagai media tersebut (OHP masih
termasuk barang langka). Namun, Saudara sekarang sudah sangat canggih, belajar
tidak hanya menggunakan modul, tapi juga menggunakan komputaer dengan internet,
CAI, dan video.
Saudara, selain yang diuraikan di
atas, ada lagi pengelompokan media dilakukan Anderson. Dalam buku Media
Pembelajaran (Depdiknas, 2003: 21—22) dinyatakan bahwa Anderson telah membagi
10 golongan media, yaitu sebagai berikut.
No.
|
Golongan
Media
|
Contoh dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
|
1.
|
Audio
|
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon, dll.
|
2.
|
Cetak
|
Buku pelajaran, modul, brosur, gambar, kliping,
dll.
|
3.
|
Audio-cetak
|
Kaset audio yang dilengkapi bahan tulis, dll.
|
4.
|
Proyeksi Visual-Diam
|
Overhead transfaransi (OHT), film bingkai, ...
|
5.
|
Proyeksi Audio Visual Diam
|
Film bingkai (slide) bersuara, dll.
|
6.
|
Visual Gerak
|
Film bisu
|
7.
|
Audio Visual Gerak
|
Film gerak bersuara, CD, televisi, dll.
|
8.
|
Objek Fisik
|
Benda nyata, model, spesimen
|
9.
|
Manusia dan Lingkungan
|
Guru, pustakawan, laboran/nara sumber, dll.
|
10.
|
Komputer
|
CAI (pembelajaran berbantuan komputer) dan CBI
(pembelajaran berbasis komputer).
|
2.1.4 Pengembangan Media Pengajaran Bahasa
Indonesia
Penggunaan
media dimaksudkan agar proses belajar-mengajar berjalan secara efektif. Untuk
itu sangat tidak tepat dan ironis apabila terjadi kasus proses belajar-mengajar
tidak lancar atau terhambat yang disebabkan oleh penggunaan media. Agar tidak
terjadi kasus yang demikian, dalam memilih dan menggunakan media diperlukan
perencanaan secara matang.
Perlu diingat
bahwa untuk merencanakan suatu media ada enam kegiatan yang harus
diperhatikan/dilakukan, yaitu: (1) menganalisis karakteristik siswa (jenjang
sekolah, kemampuan, latar belakang budaya, dan sosial ekonomi); (2) merumuskan
tujuan pembelajaran, yaitu kemampuan apa yang harus dikuasai siswa setelah
proses belajar-mengajar berlangsung; (3) memilih atau memodifikasi media yang
akan digunakan. Pemilihan dan pemodifikasian media ini terkait dengan media
yang sudah tersedia dapat digunakan untuk mencapai tujuan, dapat membangkitkan
minat siswa, rnemiliki ketepatan inforrnasi, memiliki kualias yang baik, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif; (4)
menggunakan materi dan media. Kegiatan ini terkait dengan prosedur penggunaan
media yang telah ditetapkan, waktu yang dibutuhkan, fasilitas yang diperlukan,
serta penataan ruang; (5) meminta respon siswa yang berkaitan dengan media yang
akan digunakan; dan (6) mengevaluasi tanggapan siswa.
Hafni (1985) mengemukakan
bahwa media yang akan dipilih hendaknya memiliki karakteristik berikut.
a.
Relevan dengan tujuan
Media yang dipilih/dirancang untuk
digunakan dalam suatu pembelajaran harus sesuai/relevan dengan tujuan yang
ingin dicapai.
b.
Sederhana
Media yang digunakan hendaknya bisa
menyederhanakan hal-hal yang ruwet atau sulit serta bisa merangkum
penjeIasan yang bertele-tele sehingga siswa mudah memahami pesan yang ada daIam
media tersebut.
c.
Esensial
Sering terjadi kasus dalam suatu ruang yang
besar yang dipenuhi oJeh siswa, guru hanya mengandalnakan suara dalam
ceramahnya. Akan tetapi, suara tersebut tidak dapat didengar oleh seluruh
siswa. Akibatnya suasana kelas menjadi gaduh dan proses belajar-mengajar
menjadi kacau serta tidak efektif. Dalam kondisi yang demikian, barangkali OHP
dan pengeras Suara dapat menjadi media yang esensial.
d.
Menarik dan Menantang
Apabila dalam proses
belajar-mengajar guru selalu memilih dan menggunakan media yang sama, siswa
bisa menjadi bosan. Untuk itu dalam proses belajar-mengajar media yang
digunakan hendaknya variatif sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan
tantangan bagi siswa.
2.2 Desain Instruksional
2.2.1 Pengertian
Desain Instruksional
Desain artinya rancangan atau rencana. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (2002: 257) dinyatakan bahwa desain adalah
kerangka kegiatan atau rancangan. Adapun yang dimaksud dengan instruksional
adalah pengajaran atau pembelajaran. Kedua istilah tersebut sama-sama digunakan
orang untuk maksud yang sama. Padahal sebenanrya dua istilah tersebut mempunyai
filosofi yang berbeda. Dalam KBBI (2002 17) dibedakan, pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan menjadikan orang belajar; sedangkan pengajaran adalah
proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan. Gagne dan Briggs (1978:19)
mengemukakan pengertian instruksional adalah cara yang dipakai pengajar, ahli
kurikulum, perancang bahan, dan lain-lain yang bertujuan untuk mengembangkan
rencana yang terorganisasikan guna keperluan belajar, merumuskan sistem
instruksional sebagai kombinasi yang unik dan pengaturan unsur-unsur dalam
proses instruksional yang dirancang untuk suatu tujuan yang disepakati bersama,
guna memecahkan masalah belajar. Dick & Carey (1985) mendefinisikan
‘desain’ sebagai pola atau rancangan; sedangkan instruksional berarti
pengajaran yang merupakan suatu kegiatan tempat pembelajar mengalami perubahan
perilaku.
Menurut Semi (1990) bahwa pengembangan
instruksional adalah cara sistematis dalam mengidentifikasi dan mengembangkan
tujuan, materi, strataegi belajar-mengajar, alat bantu pengajaran, dan
evaluasi, yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Secara garis besar dapat
dipandang sebagai teknik pengelolaan dlm mencari pemecahan masalah pendidikan
atau mengoptimalkan sumber daya dan sumber tenaga yang ada untuk memperbaiki
mutu pendidikan.
Ibrahim Superman (2003) menyatakan, ”Desain
instruksional (pengembangan, perancangan, dan perencanaan instruksional) adalah
suatu proses yang sistematik dalam menyusun sistem instruksional yang efektif
dan efisien melalui kegiatan pengidentifikasian masalah, pengembangan, dan
pengevaluasian” Menurut Harjanto (2002), desain instruksional adalah
keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan
teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran dari
beberapa pendapat terdahulu, dapat disimpulkan bahwa istilah desain instruksional
dapat disejajarkan dengan perencanaan / perancangan pengajaran.
Kaufman (1972) mengatakan, perencanaan
adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan
yang maksimal, di dalamnya mencakup elemen-elemen:
a. Mengidentifikasikan
dan mendokumentasikan kebutuhan.
b. Menentukan
kebutukan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan.
c. Spesifikasi
hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan.
d. Identifikasi
persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
e. Sekuensi
hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
f. Identifikasi
strategi altenatif yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi
tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci
keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.
2.2.2 Prinsip-prinsip
Desain Instruksional
Menurut Depdiknas (2006), penyusunan dan
pengembangan desain instruksional harus memperhatikan beberapa prinsip
berikut,.yaitu:.
a.
Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan spritual peserta didik.
b.
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
c.
Sistematis
Komponen-komponennya saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
g.
Fleksibel
Keseluruhan komponennya dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h.
Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).
i.
Isi perencanaan
Dimensi terakhir adalah hal-hal yang akan direncanakan.
Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat:
1) Tujuan
atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan.
2) Program
dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan
layanan-Iayanan pendukungnya.
3) Tenaga
manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi,
perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.
4) Bangunan
fisik mencakup cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan
bangunan pisik lainnya.
5) Keuangan,
meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
6) Struktur
organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan mengatur operasi dan
pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
7) Konteks
sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
pengajaran.
2.2.3 Pengembangan Desain Instruksional
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam pengembangan desain pengajaran
meliputi hal sebagai berikut:
a. Menentukan hasil belajar dalam arti
prestasi siswa yang bisa diamati dan diukur.
b. Mengidentifikasi
karakteristik siswa yang akan belajar.
c. Berdasarkan
nomor a dan b tersebut, memilih dan menyelenggarakan kegiatan belajar dan
mengajar bagi siswa.
d. Menentukan
media untuk kegiatan tersebut.
e. Menentukan situasi dan kondisi dengan
cara mengamati siswa yang telah dianggap cukup.
f. Menentukan
kriteria untuk menentukan seberapa prestasi siswa telah dianggap cukup.
g. Memilih
metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan tingkah
laku seperti tersebut pada angka a.
h. Menentukan metode untuk memonitor respon
siswa sewaktu berada dalam proses pengajaran dan sewaktu dievaluasi.
i. Mengadakan
perbaikan yang diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar bila ternyata respon
siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan.
Kesembilan langkah dasar tersebut
menggambarkan prosedur yang digunakan untuk merancang pengajaran. Perangkat
prosedur ini dinamakan ancangan sistem karena tersusun atas komponen-komponen
yang saling berinteraksi, masing-masing memiliki masukan dan. keluarannya, dan
secara bersama-sama membuahkan hasil yang ditetapkan. sebelumnya. Suatu sistem
juga mengumpulkan keterangan tentang keampuhan suatu proses pembelajaran. Sehingga
produk akhirnya dapat diubah sampai mencapai taraf mutu yang diinginkannya.
Pada waktu materi pengajaran masih dikembangkan, data-data dikumpulkan dan
materi direvisi selaras adanya data untuk menjadikannya. seefektif dan
seefisien mungkin.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar-mengajar yang berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mencapai tujuan secara
efektif dan dan efisien.
Manfaat
media dalam pembelajaran, yaitu:
a) penyampaian
materi pelajaran dapat diseragamkan;
b) proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik;
c) proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif;
d) pemakaian
waktu dan tenaga lebih efisien;
e) meningkatkan
kua!itas hasil belajar siswa;
f) media
memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja;
g) media
dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap proses belajar;
h) mengubah
peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.;
i) media
dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit;
j) media
juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu;
k) media
dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia; dan
l) media
juga dapat menyajikan objek.
3.2
Saran
Sebaiknya bagi seorang guru memahami,
menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Media
pembelajaran yang menarik akan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti
pelajaran.
Prinsip-prinsip desain instruksional
juga patut dipahami oleh para guru dalam menyusun rencana pembelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar. Hal ini dimaksudkan guna tercapainya pembelajaran yang
efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.